Tuesday, February 23, 2010

Lindungi Musik Indonesia, Kalau Bukan Kita Siapa Lagi?

// February 20th, 2010 // marketing communication

Seruu!! Penonton kompak nyanyi bareng dan loncat-loncatan dari awal hingga akhir performance! Tak perlu mahal-mahal nonton penampilan band import kalau begini!

Situasi ini terjadi saat Maliq n d’essentials tampil di event 2010newday yang diselenggarakan oleh Langitmusik.com, 30 Januari 2010, di SCBD, Jakarta. Malam itu, Maliq n d’essentials benar-benar berhasil memuaskan penonton dengan lagu-lagu hitsnya. Bahkan mungkin bukan hanya penggemar setianya saja yang menikmati.

Kalau teman-teman malam itu berada di dalam area indoor stage Zona Musik 1, pasti merasakan atmosfer positif dan serunya. Yakin deh, orang yang tidak begitu nge-fans dengan Maliq n d’essentials pun pasti jadi kangen dengan performa band ini. Crowdnya seru banget! Penontonnya asik! Mereka kompakan nyanyi dengan suara yang enak didengar sambil terus bergoyang mengikuti irama musik. Begitu juga saat RAN tampil.

Berasa sekali musik Indonesia saat itu benar-benar menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Tak perlu band/musisi luar untuk membuat penonton Indonesia puas.

Hmmm..jadi pengen ngobrolin musik Indonesia nih..

MARKET MUSIK INDONESIA

Kadang gemes juga kalau ada yang mengkotak-kotakkan musik Indonesia, bahkan ada yang mengkategorikan ‘band alay’ karena musiknya dianggap terlalu mudah atau karena penggemarnya dianggap para abg alay. Apalagi kalau genre-nya Melayu. Sebenarnya sih lebih karena taste yang berbeda saja.

Tetapi coba kita lihat apa yang sudah diperoleh ‘Wali band’ yang bergenre semi Melayu. Baru-baru ini mereka tercatat dalam Rekor MURI karena RBT salah satu singlenya berhasil diunduh sebanyak 8 juta kali dalam waktu singkat, hanya dua bulan!

So, what do you think about it?

Beberapa orang bilang band alay, tetapi kenyataannya pasar Indonesia menyukai musiknya. Begitu pula dengan ST 12. mungkin sebenarnya remaja yang dikategorikan ‘alay’ itu menguntungkan secara komersil? hmmm…

Apa kekuatan Wali Band?

Saya sendiri kurang mengenal single ‘Baik-baik Sayang’ yang RBT-nya mencapai rekor MURI. Tetapi setelah mendengar lagunya, saya menyimpulkan, lirik lagu Wali Band sangat catchy, fun, dan mudah dihafal. Suka atau tidak, begitu kenyataannya.

Tak berbeda dengan D’masiv. Band ini selalu mengeluarkan single yang easy listening, mudah dihafal. “Kita ingin orang menikmati lagu tanpa harus berpikir, bisa dengerin dengan hati. Anak kecil aja dengerin bisa langsung hafal,” tutur Rian, vokalis D’masiv, saat peluncuran album Perjalanan, Januari 2010 lalu. Hasilnya, single D’masiv selalu mencapai puncak tangga lagu. Jangan ditanya soal penampilan off air-nya. Saya amati band ini termasuk yang laris manis.

Mungkin memang begitulah karakter sebagian market Indonesia. Menyukai yang mudah dicerna, mudah dihafal, yang ga ribet didengar.

Beda dengan penggemar Endah n Rhesa. Menurut saya, musiknya sangat unik dan vokalnya sangat berkualitas. Jernih! Namun, musik dari duo ini cenderung agak sulit dicerna bagi sebagian orang. Yang dimaksud sulit dicerna adalah pada saat kita mendengar album Endah n Rhesa, adakah lagu yang langsung kita hafal? Mungkin hanya satu lagu, itu pun tak terlalu hafal. Tetapi saat melihat penampilan live mereka, kita bisa terbengong-bengong karena kagum!

Penggemar Endah n Rhesa umumnya akan jadi fanatik. Tetapi berapa persen market di Indonesia yang ‘ngeh’ dengan musik semacam itu saat ini?

Teman saya pernah melihat bagaimana penampilan Endah n Rhesa di suatu acara tidak begitu mendapat perhatian pengunjung. Sejenak saya terkejut! They’re awesome! Namun detik berikutnya saya maklumi. Publik Indonesia saat ini belum terlalu bisa menerima musik semacam ini. Seperti juga musik jazz. Event jazz di Indonesia umumnya sukses. Tetapi berapa persen market di Indonesia yang menyukai jazz? Atau R&B?

Market perlu diedukasi dan dibiasakan untuk mendengar musik semacam itu. Jadi, musisi-musisi hebat yang bergenre jazz dan R&B di Indonesia memang harus lebih bekerja keras. Tak jarang harus bergerak secara underground, dengan memasarkan sendiri melalui komunitas, atau menggunakan Indie label karena label besar menganggap tidak komersil.

So, kembali lagi ke tujuan awal. Mau mengejar komersil, aktualisasi, atau idealisme? Target marketnya yang mana? Positioningnya di mana?

Pengguna RBT, contohnya penggemar Wali Band, tentu memiliki karakter yang berbeda dengan penggemar musisi yang lebih laku di album. Saya sendiri, sebagus-bagusnya lagu itu, saya berpikir 2x untuk menggunakannya sebagai RBT, kecuali kalau itu keharusan dari tempat kita bekerja. Hehe

Pasar di Indonesia cenderung berpikir 1000x untuk membeli album seharga Rp 25.000,- atau Rp 30.000,-. Apalagi karena banyaknya bajakan. Atau download gratis! Karena umumnya mereka hanya ingin mendengar satu atau dua single hit dari musisi tersebut, bukan satu albumnya. Pahit, bukan?

LINDUNGI MUSIK INDONESIA

Menurut saya, semangat #IndonesiaUnite adalah semangat untuk membangun Indonesia. Apapun untuk Indonesia yang lebih baik. Salah satunya di dunia musik, yaitu tidak mendukung pembajakan! Kalau tidak dimulai dari diri kita sendiri, siapa lagi?

Sudah dengar tentang Langit Musik?

LangitMusik adalah layanan toko musik digital bagi pelanggan yang ingin menikmati musik full track berkualitas baik secara mudah. Pelanggan dapat men-download musik digital langsung di ponsel, di mana proses pengunduhan konten dapat dilakukan melalui akses internet dengan memanfaatkan jaringan 3G/3.5G. Tersedia lebih dari 10.000 lagu dalam negeri dari berbagai aliran musik yang dihadirkan di llayanan LangitMusik. Mau download single D’masiv atau Endah n Rhesa? Semua ada di sini.

Pelanggan akan dikenakan Rp 5.000 untuk setiap lagu yang di-download dan dapat dimainkan kapan pun tanpa dibatasi waktu. Sementara pelanggan yang ingin menikmati lagu secara temporer selama 30 hari hanya akan dikenakan Rp 3.000. Untuk setiap pengunduhan lagu, pelanggan tidak akan dikenakan biaya akses internet (gratis).

Untuk melindungi musik digital dari pembajakan, digunakan platform Digital Rights Management (DRM) yang akan membatasi pemindahan file musik yang telah di-download. Dengan mengaplikasikan DRM, pengguna yang memindahkan file musik tersebut ke ponsel atau komputer lain akan diminta untuk membeli tiket aktivasi kembali untuk file musik tersebut secara online.

Layanan ini berkomitmen mendukung perkembangan industri kreatif nasional khususnya industri musik dengan memfasilitasi para pihak yang terlibat di dalamnya, seperti: perusahaan label rekaman, artis, content provider, dan lain-lain, dengan suatu layanan yang dapat dinikmati masyarakat kapan pun dan di mana pun. Di samping itu, turut membantu pemerintah dalam upaya melindungi industri musik dari pembajakan karena musik yang dinikmati pelanggan dalam layanan ini diperoleh secara resmi sehingga terjamin aspek legalitasnya.



sumber : http://leonisecret.com/

2 comments:

  1. Benar artis musisi Indonesia sdh menjadi tuan di negeri sendiri walaupun melayu adalah benang merah dari warna kebanyakan.

    rock ?
    jazz ?
    dead !!! kok bisa ya?

    salam kenal :-)

    ReplyDelete
  2. untuk saat ini mungkin musik melayu yang merajai pasar, namun sewaktu waktu juga bisa berubah..... yang jelas, tetaplah berkarya sesuai yang kamu inginkan. kompromi dengan selera pasar memang penting, namun rasa idealisme harus tetap dijaga.

    slan knal juga buat gresik band community,
    KEEP ON SPIRIT!!!

    ReplyDelete